" Serahkan pada ahlinya.... "
Ungkapan ini yang seharusnya menjadi perhatian setiap orang jika akan melakukan sesuatu, terutama yang berhubungan dengan orang banyak dan bersinggungan dengan resiko tinggi. Tetapi hal ini rupanya tidak dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Trenggalek Dirt Rider Adventure II (TDR 2).
Ratusan peserta TDR 2 terjebak di
dalam hutan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jatim, Minggu (22/12) malam
hingga lebih dari 15 jam.
Sejumlah peserta " Trenggalek Dirt Rider Adventure II (TDR 2)"
mendesak panitia penyelenggara bertanggung jawab penuh atas insiden tersebut.
Para peserta menuding, panitia penyelenggara lalai dalam
memperhitungkan tingkat kesulitan medan jelajah serta jarah tempuh yang
akan dilalui peserta.
"Mereka (panitia) sepertinya hanya mengejar untung tapi tidak
memperhitungkan keselamatan peserta," kata Cristian, crosser asal
Pasuruan dengan nada tinggi, Senin (23/12), seperti dikutip dari
sayangi.com
Cristian adalah salah satu dari ratusan peserta TDR II yang sempat terjebak di
dalam hutan belantara Watulimo,
akibat beratnya medan jelajah yang berlumpur dan licin. Motornya saat
ini masih tertinggal di dalam hutan karena kehabisan bahan bakar dan
mengalami aus pada bagian kampas rem, sehingga tidak memungkinkan
dievakuasi dari dalam hutan.
Bersama puluhan "crosser" lain, Cristian memutuskan kembali dengan
sebagian jalan kaki, setelah dijemput tim evakuasi menggunakan kapal
boat milik Polair Prigi.
Kekecewaan serupa disampaikan sejumlah crosser luar kota yang menjadi
korban kegiatan TDR II , karena harus
menginap hampir semalaman di dalam hutan tanpa perbekalan dan diguyur
hujan. Beratnya medan jelajah yang berlumpur hingga kedalaman lebih dari
30 sentimeter dan jarak tempuh menjadi sumber kekesalan peserta.
Dengan kondisi medan yang licin dan berlumpur di jalur setapak
seputar jalan lintas selatan di Kecamatan Watulimo, motor trail yang
ditunggangi para crosser nyaris tidak bisa bergerak. Situasinya makin
parah setelah puluhan bahkan ratusan motor para crosser menumpuk di
sejumlah titik jalur dalam kondisi terjebak lumpur.
Selain nyaris tidak bisa bergerak, sebagian motor jelajah medan berat
itu banyak yang akhirnya tidak bisa ditunggangi karena mengalami aus
pada bagian kampas rem atau kehabisan bahan bakar. "Berkali-kali kami
mengikuti event adventure, baru kali ini bermasalah. Harusnya panitia
mensurvei dulu jalur adventure sehingga kejadian seperti ini tidak perlu
terjadi," cetus Toni, crosser asal Blitar.
Beruntung bagi sebagian crosser asal Trenggalek yang mengenal
beratnya medan. Seperti dituturkan Rudi, crosser asal Kecamatan Suruh
mengaku ia dan teman-temannya memilih tidak melanjutkan penjelajahan
atau mencoba jalur lain karena tidak mau mengambil risiko jika memaksa
menempuh jalur hutan.
Sementara itu, salah satu panita TDR II,
Tonie mengatakan pihaknya telah melakukan survei kelayakan dan
keselamatan peserta, menurutnya kondisi alam sangat berpengaruh atas
terjebaknya para crosser di tengah hutan Watulimo.
"Jalur sepanjang 60km sengaja dipersiapkan untuk memuaskan para
crosser, tetapi alam tidak bersahabat, apalagi selama dua hari berturut
turut wilayah Trenggalek diguyur hujan terus menerus yang mengakibatkan
jalur menjadi sangat sulit dan tidak diperkirakan sebelumnya," Ujar
Tonie.
Kapolres Trenggalek, AKBP Denny Setya Nugraha Nasution membenarkan
sinyalemen ketidaksiapan panitia dalam mempersiapkan kegiatan jelajah
alam mengitari jalur lintas selatan Watulimo tersebut. Ia berjanji untuk
memeriksa panitia penyelenggara kegiatan Prigi Extreme Adventure karena
dianggap telah membahayakan keselamatan jiwa ratusan crosser.
Salah satu panitia TDR II, Saudara Nono, Senin (23/12) mengatakan
bahwa tidak ada korban jiwa dalam acara ini. "Kami terus berkoordinasi
dengan instansi terkait untuk menyelamatkan teman-teman crosser.
Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, tapi ada beberapa yang luka-luka,"
katanya.
Saudara Nono menambahkan, Pihaknya dan Tim SAR saat ini sedang
berusaha mengevakuasi beberapa motor yang ditinggal peserta di hutan,
baik dari jalur darat maupun laut. Evakuasi motor tidak dapat
diselesaikan dalam waktu satu hari, dikarenakan medan curam dan
banyaknya motor. Intinya nyawa kita dulukan, pengambilan motor tinggal
tehnisnya.
Menurutnya, Trenggalek memang kota kecil, kota yang mempunyai wilayah
90% pegunungan, hal itulah yang membuat para crosser tertantang
sehingga peserta yang mengikuti mbludak.
"Medan yang sulit inilah yang membuat para crosser tertantang untuk
mengikuti acara ini. Tidak hanya untuk menyiapkan segala yang ada, tapi
bagaimana memuaskan para crosser yang hadir di kota kami," tambahnya.
Mewakili seluruh panita Saudara Nono juga meminta maaf bila diantara
teman-teman crosser ada yang kecewa. "Kami memahami kekecewaan
teman-teman semua, tapi kami manusia yang juga punya keterbatasan, Kami
akui salah, kejadian kemarin diluar dugaan panitia, hujan ditengah acara
tidak memungkinkan untuk memindahkan jalur. Tapi itu bukan untuk
mencari pembenaran, kami tidak akan menyalahkan alam, kami masih yang
kurang disana sini," ujarnya.
sumber : beritatrenggalek.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar